
Jumlah angkatan kerja tersebut jika dilihat berdasarkan tingkat pendidikannya adalah sebagai berikut:
No. |
Angkatan Kerja |
L |
P |
Jumlah |
1 |
Tidak Tamat SD |
59 |
56 |
115 |
2 |
SD |
880 |
792 |
1672 |
3 |
SLTP |
813 |
683 |
1496 |
4 |
SLTA |
725 |
673 |
1398 |
5 |
Akademi |
13 |
11 |
24 |
6 |
Perguruan Tinggi |
23 |
18 |
41 |
Jumlah Total |
2513 |
2233 |
4746 |
Profil sosial masyarakat
Dalam aktivitas keseharian, masyarakat Pekon Ambarawa sangat taat dalam menjalankan ibadah keagamaan. Setiap Rukung Tetangga (RT) dan pedukuhan memiliki kelompok-kelompok pengajian. Pada peringatan hari besar Islam, penduduk Pekon Ambarawa kerap menggelar acara peringatan dan karnaval budaya dengan tema yang disesuaikan dengan hari besar keagamaan.
Gelaran perayaan lain selalu dilakukan dalam rangka memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Setiap pedukuhan akan turut serta dan semangat menampilkan ciri khasnya dalam acara peringatan dan karnaval budaya.
Kelompok pemuda di Pekon Ambarawa yang tergabung dalam kelompok pegiat Karang Taruna menjadi aktor utama dalam banyak kegiatan desa. Kelompok ini aktif menggelar program kegiatan untuk isu demokrasi kepada warga, penguatan ekonomi produktif, pelatihan penanggulangan bencana, dan kampanye Gerakan Remaja Sayang Ibu (GEMAS).
Sejumlah penduduk Pekon Ambarawa bekerja merantau di daerah di luar Yogyakarta. Namun, ikatan sosial mereka terhadap tanah kelahiran tetap tinggi. Penduduk asli Pekon Ambarawa yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya misalnya, mereka membentuk paguyuban untuk memelihara silaturahmi antar sesama warga perantauan. Setiap bulan diadakan kegiatan arisan keliling secara bergilir di setiap tempat anggotanya. Setiap dua tahun sekali diadakan pula kegiatan mudik bersama ke kampung halaman di Pekon Ambarawa
Profil politik masyarakat
Warga Pekon Ambarawa dikenal sebagai kelompok masyarakat yang paling aktif dan memiliki potensi tertinggi untuk berpartisipasi dalam pemberian suara untuk Pemilihan Umum dan Pemilihan Kepala Daerah Langsung. Tingkat partisipasi warga di desa ini terbanyak jika dibandingkan dengan desa lain di Kecamatan Ambarawa, Pringsewu.
Permasalahan mendasar yang ada di Pekon Ambarawa adalah tidak imbangnya jumlah pencari kerja dengan jumlah lapangan kerja yang tersedia. Sekalipun jumlah pengangguran di Pekon Ambarawa pada Tahun 2009 hanya orang tetapi kebanyakan mereka bekerja di luar Desa. Jadi, perlu gerakan kembali ke Desa serta menarik sumber-sumber ekonomi ke desa agar pencari kerja tidak banyak tersedot ke luar Desa.
Mata Pencaharian dan Ekonomi
Sektor Primer (Dominan):
Pertanian: Merupakan tulang punggung ekonomi. Komoditas utama adalah padi (sawah), jagung, ubi kayu/singkong, dan kacang tanah.
Peternakan: Ternak sapi, kambing, dan ayam (baik potong maupun petelur) banyak dikelola sebagai usaha sampingan.
Sektor Sekunder & Tersier (Tumbuh):
UKM: Banyak bermunculan Usaha Kecil Menengah, terutama yang mengolah hasil pertanian seperti kerupuk, opak, dan makanan ringan lainnya.
Dagang & Jasa: Warung makan, toko kelontong, bengkel, dan jasa transportasi semakin berkembang seiring dengan letaknya yang dekat dengan pusat kota Pringsewu.
Bahasa: Bahasa Indonesia digunakan dalam konteks formal dan pendidikan. Namun, Bahasa Jawa (dialek Jawa Kebumen) adalah bahasa ibu dan bahasa pengantar sehari-hari di rumah dan komunitas. Bahasa Lampung juga digunakan oleh komunitas tertentu.
Seni dan Budaya: Budaya Jawa sangat kental, tercermin dari:
Kesenian: Hadrah/rebana, wayang kulit, dan campursari sering ditampilkan dalam acara-acara syukuran atau pernikahan.
Tradisi: Selamatan (kenduri), syukuran weton (selamatan hari lahir Jawa), mitoni (tujuh bulanan kehamilan), dan nyadran (ziarah kubur sebelum Ramadan) masih banyak dilakukan.
Nilai-nilai: Nilai gotong royong (sambat-sinambat dalam bahasa setempat) sangat kuat, terutama dalam membangun fasilitas umum, menggarap lahan pertanian (sambatan), dan menyelenggarakan hajatan.
Pendidikan dan Kesehatan
-
Pendidikan: Kesadaran akan pentingnya pendidikan cukup tinggi. Pekon Ambarawa memiliki sejumlah SD/MI dan SMP/MTs. Untuk jenjang SMA/sederajat dan perguruan tinggi, masyarakat biasanya mengakses ke Kota Pringsewu atau Bandar Lampung.
-
Kesehatan: Terdapat fasilitas kesehatan dasar seperti Puskesmas Pembantu (Pustu) dan bidan desa. Untuk perawatan yang lebih kompleks, masyarakat berobat ke RSUD Pringsewu atau rumah sakit di Bandar Lampung. Pola hidup sehat semakin diterapkan.
Dinamika dan Tantangan Sosial
Dinamika Positif:
Pertumbuhan Ekonomi: Transformasi dari desa agraris murni mulai bergerak ke arah ekonomi yang lebih beragam dengan tumbuhnya sektor jasa dan UKM.
Pembangunan Infrastruktur: Jalan desa yang semakin baik, akses listrik dan air bersih yang menjangkau hampir seluruh wilayah, serta penetrasi internet dan smartphone yang tinggi telah membuka akses informasi.
Tantangan Sosial:
Alih Fungsi Lahan: Lahan pertanian yang subur mulai berkurang akibat dikonversi menjadi pemukiman atau industri kecil.
Generasi Muda: Terjadi pergeseran minat pekerjaan pada generasi muda. Banyak yang lebih memilih bekerja di sektor jasa atau merantau ke kota besar daripada menjadi petani, berpotensi menimbulkan krisis regenerasi petani.
Pengaruh Globalisasi: Nilai-nilai tradisional seperti gotong royong dan kekerabatan mulai bersaing dengan nilai individualistik modern, terutama di kalangan generasi muda.